Pengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta
Artikel Ubudiyyah
(07) Merayakan Maulid Nabi SAW
(08) Mencintai Keluarga dan Sahabat Nabi
(09) Dzikir & Puji2an sebelum Shalat Berjama'ah
(10) Shalat Qabliyah dan Ba'diyah Jum'at
(11) Adzan untuk Bayi yg baru dilahirkan
(12) Nabi Tidak Melakukan Semua Perkara Mubah
(13) Fasal Tentang Do'a Qunut
(14) Perbuatan Baru yg dilakukan Sahabat pd Zaman Nabi
(15) Praktik Bid'ah Hasanah Sahabat stlh Rasulullah Wafat
(16) Ziarah Kubur Bagi Wanita
(17) Mengucapkan Sayyidina
(18) Tradisi Ziarah Kubur
(19) Fasal Tentang Bid'ah"
(20) Doa, Bacaan Alqur'an, Shodaqoh & Tahlil untuk orang mati
(21) Mentalqin Mayyit
(22) Sejarah Ahlussunnah Waljama'ah
(23) 4 Sumber Hukum dalam Aswaja
(24) Mengapa Bertawassul ?
(08) Mencintai Keluarga dan Sahabat Nabi
(09) Dzikir & Puji2an sebelum Shalat Berjama'ah
(10) Shalat Qabliyah dan Ba'diyah Jum'at
(11) Adzan untuk Bayi yg baru dilahirkan
(12) Nabi Tidak Melakukan Semua Perkara Mubah
(13) Fasal Tentang Do'a Qunut
(14) Perbuatan Baru yg dilakukan Sahabat pd Zaman Nabi
(15) Praktik Bid'ah Hasanah Sahabat stlh Rasulullah Wafat
(16) Ziarah Kubur Bagi Wanita
(17) Mengucapkan Sayyidina
(18) Tradisi Ziarah Kubur
(19) Fasal Tentang Bid'ah"
(20) Doa, Bacaan Alqur'an, Shodaqoh & Tahlil untuk orang mati
(21) Mentalqin Mayyit
(22) Sejarah Ahlussunnah Waljama'ah
(23) 4 Sumber Hukum dalam Aswaja
(24) Mengapa Bertawassul ?
Browse: Home > [03] Ziarah Kubur di Bulan Ramadhan dan Hari Raya
Rabu, 13 Oktober 2010
[03] Ziarah Kubur di Bulan Ramadhan dan Hari Raya
Pada prinsipnya, ziarah ke makam orang tua, keluarga, guru dan para ulama itu dapat dilaksanakan kapan saja; mau pagi, siang, sore, malam, boleh-boleh saja; hari Senin, Selasa, atau yang lainnya; seminggu sekali, dua kali atau tiga kali, silakan. Sebab inti (hikmah) dari ziarah ialah menebalkan keimanan dengan mengingat mati.
Tentu ini lebih baik ketimbang sepekan berpikir tentang dunia, kekayaan, uang, dan lain sebagainya, yang tidak ada batasnya. Malah dikhawatirkan akan menjerumuskan manusia ke lembah kesengsaraan. Tidakkah hidup ini sekadar kesenangan yang palsu, bak fatamorgana yang menipu? Kalau kita tidak pandai-pandai melapisinya dengan iman dan ilmu, apa jadinya?
Oleh karena itu, ziarah di bulan suci Ramadhan ataupun di Hari Raya, sekalipun sebenarnya tidak ada perintah dan tidak ada larangan. Dan karena tidak adanya larangan, orang yang suka ziarah mengambil inisiatif alangkah indahnya jika dapat kirim doa pada hari-hari yang penuh rahmat dan ampunan (hari-hari bulan Ramadhan) dan hari yang bahagia (Idul Fithri).
Justru akan sangat bermakna bagi orang-orang yang sedang mudik ke kampung halaman, ia akan merasa tentram jika sebelum minta maaf kepada orang lain ia terlebih dahulu mengunjungi kubur orang tuanya yang (ketepatan) meninggal lebih dulu.
Pada bab tentang merawat jenazah dan problem-problemnya, Imam Suyuthi menukil dari Imam Ibnu Hajar dalan kitab Fatawi-nya yang mengatakan: “Ruh seseorang berkait dengan jasad selama jasad itu masih utuh, kemudian ruh itu lepas menuju Illiyyin atau Sijjin di sisi Allah. Ruh tadi bahkan masih berkait dengan jasad meski jenazah berpindah dari satu kubur ke kubur yang lain.
Imam Harawi dalam Syarh Shahih Muslim dalam hal penjelasan mengenai hari ziarah mengatakan: Tidak ada hadits shahih yang menerangkan ketentuan hari untuk melakukan ziarah kubur dan tidak pula ada pembatasan berapa kali ziarah.
Nah ada keterangan tentang keutamaan ziarah yang dilakukan pada hari Jum’at. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً غَفَرَ اللهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا بِوَالِدَيْهِ
Siapa ziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya pada setiap hari jum’at, Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatat sebagai bakti dia kepada orang tuanya. (HR Hakim)
KH Munawwir Abdul Fattah
Label: Aqidah, Artikel, Pengurusan Jenazah
0 Comments:
Posting Komentar